Soal Penyerangan TNI di Deliserdang, Ahmad Sahroni: Itu Reaksi Dari Arogansi Rakyat
MEDAN - Dalam kunjungan kerja wakil ketua komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, menyinggung soal penyerangan personel TNI terhadap warga Desa Selamat, Kabupaten Deliserdang.
Sahroni mengatakan, insiden yang memakan korban jiwa tersebut, merupakan reaksi institusi TNI dari arogansi rakyat.
"Arogansi rakyat terkadang muncul akibat mengonsumsi narkoba dan minuman keras," ucap Sahroni saat diwawancarai, di Aula Tribrata Polda Sumut, Jumat (15/11/2024).
"Diimbau, tapi nggak merasa dia salah, akhirnya melakukan sesuatu. Jadi, rakyat juga jangan semena-mena, tidak boleh, tapi kalau dilakukan semena-mena tidak mau," sambungnya.
Dirinya juga menyebutkan, penyerangan yang dilakaukan oleh ratusan prajurit TNI tersebut, cenderung menyalahkan alat pengamanan negara itu.
"Persepsi yang terbangun di publik adalah seolah-olah TNI menganiaya dan menzolimi masyarakat," katanya.
Perlu diketahui, Penyerangan Prajurit Batalyon Artileri Medan (Armed) 2/105 Kilap Sumangan kepada warga Desa Selamat, Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang, ternyata terjadi sebanyak tiga kali dalam semalam.
Peristiwa yang menyebabkan 8 warga Desa Selamat mengalami luka, hingga menewaskan seorang pria paruh baya bernama Raden Barus (61), meninggalkan luka pada warga.
Tony Sinuaji (55), menceritakan kesaksiannya tentang penyerangan prajurit yang terjadi pada Jumat (9/11/2024) kemarin.
Katanya, sekitar pukul 21.30 WIB, puluhan personel TNI datang ke warga desa dan langsung menciptakan kericuhan.
Saat itu, kata Tony, mereka datang tanpa tujuan jelas, sehingga membuat warga bingung dan merasa terancam.
"Mereka tidak menjelaskan apa tujuannya. Mengendarai sepeda motor knalpot tidak sesuai standar, bawa senjata tajam dan balok mereka mulai menyisir jalan-jalan kecil pemukiman," ucap Tony, saat diwawancarai di Desa Selamat, Senin 11 November, kemarin.
(Cw7/Nusantaraterkini.co)
Posting Komentar